Sunday, February 7, 2010

Kacamata Ikhlas

Dalam sebuah hikayat diceritakan seekor burung yang lumpuh dan buta. lewatlah seorang yang melakukan perjalanan dalam sebuah bisnis. Dia sesaat mengamati perilaku burung itu. dalam hati orang itu bertanya; bagaimanakah seekor burung yang dalam kondisi seperti itu, lumpuh dn buta bisa bertahan hidup?. belum selesai berfikir dan menemukan jawaban, tibalah seekor burung lain yang menghampiri burung buta tadi dengan makanan dalam paruhnya. Subhanallah, sesuatu yang luar biasa terjadi dalam hubungan kekerabatan burung-burung itu. pikir orang itu.

Apa pula yang saudara pikir saat peristiwa itu terjadi dalam prespektif kehidupan sekitar Saudara? benarkah hal itu terletak pada kekuatan ikhlas? Apa pula hakikat keikhlasan yang sesungguhnya? Andai saja orang yang melihat sekawanan burung itu adalah kita, pernahkah hal itu menjadi pelajaran hidup bagi kita?

setiap sisi itu akan memberi hikmah yang kuat kepada kita. pada tataran si burung buta, bahwa kehidupan ini tidak semata-mata pengupayaan tanpa makna. kita di hardik oleh Tuhan untuk melakukan pengembaraan emosional, bahwa hidup perlu melihat adanya pilar-pilar harmoni alam yang semua itu tidak terlepas dari kesertaan Tuhan. Melibatkan emosi kita untuk menerima takdir adalah salah satu rihlah dalam menyusun kerangka syumulitas spritual.

Pada sisi Burung yang dengan kekuatannya memberikan hidupnya dalam berbagi adalah satu sudut kehidupan yang semestinya adalah serpihan kasih sayang Tuhan, yang dengan-Nya segala sesuatu menjadi mungkin. Hal itu terwujud bila kita menanggalkan ego, melepas nafsu kesombongan, serta ketawadhu'an. dengan itu mengharap bahwa membantu orang lain adalah salah satu pintu yang akan mengantarkan dirinya dalam kosmo keseimbangan. sebuah tanggung jawab kekhalifahan yang di dasari keberpihakan kaum lemah.

Seseorang yang melihat peristiwa itu adalah manusia dengan kejernihan hatinya menjadi pembelajar, perpaduan logika matematis yang kemudian menjadi experimental spiritual. kebenaran menjadi pondasi kelapangan jiwanya untuk mengakui eksistensi kebenaran itu sendiri, memperjuangkannya dalam kehidupan yang nyata.

kesinambungan dan harmonisasi ketiganya adalah kombinasi keikhlasan dari sudut yang berbeda. ikhlas memberi, ikhlas diberi, dan ikhlas dalam mengusahakan. ikhlas memberi adalah sebuah upaya kita untuk menempuh dalam hal nilai. ikhlas diberi adalah ketawakalan kita dalam menjumpai apa yang didepan mata sebagai anugerah. ikhlas mengupayakan adalah keikhlasan berproses, membentuk, dan memperjuangkan sebuah nilai. ada kebesaran jiwa yang menaungi. ada pengharapan dan kepasrahan dalam satu waktu, ada pengupayaan dalam kebersungguhan. Ikhlas tidak semata-mata menerima apa adanya. Ikhlas adalah harmoni ketiganya dalam menapaki hidup untuk sesuatu yang berimbang. choe

No comments:

Post a Comment