Friday, December 3, 2010

kenapa harus aku?


Ada banyak pertanyaan yang sebenarnya membutuhkan jawaban. tetapi satu pertanyaan 'kenapa harus aku' senantiasa bergelayut dalam urat nadi hidupku.

kenapa harus aku?
ketika semua terlahir sempurna, maka kenapa aku harus menanggung beban disebabkan ada cacat bawaan. kenapa pula harus sebagai manusia aku terlahir. Menjadi hewan atau pepohonan tidak perlu harus menanggung malu jika tubuh ini mengalami kekurangan...

kenapa harus aku?
jika semua orang memiliki tanggung jawab, maka kenapa tanggung jawab itu menimpaku karena aku seorang laki-laki dan anak sulung? sehingga apa yang menjadi urusan keluarga, kenapa pula aku yang harus 'mempertangungjawabkannya'.

kenapa harus aku?
ketika kebodohan tak dapat menyangkal semua tuntutan, kenapa harus aku yang mengalaminya menjadi pribadi yang tidak pernah lulus dari sebuah bangku pendidikan. belum lagi kemiskinan menghantarkan diriku dalam kubangan hitam di pojok kota yang nestapa. pekerjaan yang hanya memungut sampah dari tong satu ke tong yang lain, yang berujung di tempat pembuangan akhir.

kenapa harus aku?
kenapa harus aku?
kenapa harus aku?

aku adalah sejarah yang tertulis dalam lembaran sejarah orang tua dan keluargaku.
aku adalah manusia yang dilahirkan dengan segala pengorbanan dari seorang ibu dan Bapak yang di dalamnya meskipun harus berpeluh tetap berdoa untukku agar aku menjadi anak yang sholih.
aku adalah hamba Tuhan yang memang dengan posisiku harus mau berbagi kebahagiaan dengan orang lain, apatah lagi keluargaku, meski aku harus menanggungnya dengan segala kenistaan.
karena aku adalah aku, yang lahir di dunia bukan karena kebetulan, tetapi Allah telah mengirimku untuk melakukan kebaikan, meski hanya dengan memungut sampah di sepanjang jalan.
aku adalah aku, kenapa harus aku, karena aku adalah pelaku sejarah untuk duniaku saat ini.

Monday, June 7, 2010

janganlah sombong

Sombong, ujub, takabbur, merasa bahwa dirinya memiliki kelebihan, keistimewaan, keunggulan dan kemuliaan dari orang lain, adalah masalah yang sangat serius. Kita harus berhati-hati dengan persoalan ini. Sebab kesombongan inilah yang menyebabkan setan terusir dari surga dan kemudian dikutuk oleh Allah selamanya. Hadirnya rasa takabbur sangat halus sekali, karena itu banyak orang merasa telah tawadhu (rendah hati) padahal tanpa disadarinya, di mata orang lain dia sedang menunjukkan sikap takabburnya.

Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: ”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (Q.S. Al Baqarah [2] : 34)

Allah SWT melarang kita untuk sombong: Perhatikan firman-Nya berikut ini: ”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (Al Israa’ [17] :37)
Dan Allah SWT tidak suka pada orang-orang yang sombong,
perhatikan juga firman-Nya berikut ini: ”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman [31] :18)

Pada umumnya orang sering sombong karena kekuasaan, jabatan, kepintaran, kekayaan, ketenarannya, dll. Padahal kekuasaan, jabatan, kepintaran,kekayaan, ketenaran yang dimiliki, pada hakikatnya hanyalah ujian yang Allah SWT berikan pada kita, apakah dengan nikmat ujian-Nya itu kita bersyukur, menjadi hamba yang tawadhu (rendah hati) atau malah menjadikan kita sombong.
Tentang sikap takabbur ini Rasulullah SAW bersabda: Tidak akan masuk surga siapa yang di dalam hatinya ada kesombongan walau seberat debu. (HR Muslim). Allah benar-benar mengharamkan surga untuk dimasuki orang-orang takabbur.

Coba kita tanyakan pada diri kita, pantaskah sebenarnya orang bersikap sombong merasa dirinya memiliki kelebihan jika dibandingkan orang lain, padahal seluruh kebaikan pada dirinya semata-mata hanya berkat kemurahan Allah padanya?

Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: ”maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang-orang yang bertakwa” (QS. An Najm [53] : 32)
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah mewahyukan kepada saya supaya kamu bertawadhu sehingga tidak seorang-pun menganiaya orang lain, dan tidak seorang-pun menyombongkan diri pada orang lain .(H.R.Muslim)

Yang dimaksud dengan tawadhu adalah rendah hati, dalam pengertian yang lebih dalam tawadhu adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah dicapainya.

Hanya Allah SWT al-Mutakabbir saja yang pantas untuk sombong karena ada dan tiadanya mahluk ada dalam kehendak-Nya, sedangkan keberadaan-Nya sama sekali tidak bergantung pada mahluk-mahluk-Nya. Dia lah yang Maha Terpuji baik Zat, sifat maupun perbuatan-perbuatan-Nya.

Hukuman bagi orang yang sombong, telah diuraikan dalam Al Quran, di surah Al Mu’min ayat 76, sebagai berikut: (Dikatakan kepada mereka): “Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .”
Perhatikan firman allah SWT berikut ini: “Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Qashash [28] :83)

Berikut ini beberapa Hadits Rasulullah SAW tentang larangan sombong dan atau takabur dan sombong sebagai berikut: (sebagian yang telah diuraian diawal bahasan, tidak dimasukkan dalam uraian dibawah ini)
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a, Rasulullah bersabda: Jika seorang berkata karena sombong. Celakalah manusia. Maka ia akan menjadi paling binasa(H.R.Muslim)
Rasulullah SAW bersabda: Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia. (HR Muslim).

Dari Salamah bin Al Akwa ra bahwasannya ada seorang laki-laki makan di hadapan Nabi Muhammad SAW dengan memakai tangan kirinya, beliau lantas bersabda: “Makanlah dengan memakai tangan kananmu.” Laki-laki itu menjawab: “Saya tidak bisa.” Nabi Muhammad saw bersabda lagi: “Kamu tidak bisa, itu adalah perbuatan sombong.” (HR. Muslim)

Dari Haritsah bin Wahb ra berkata: “Saya mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda, “Maukah kamu sekalian aku beritahu tentang ahli neraka? Yaitu setiap orang yang kejam, rakus, dan sombong.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id Al Khudry ra dari nabi Muhammad saw, beliau bersabda: “Surga dan neraka itu berdebat; neraka berkata: “Padaku orang-orang yang kejam dan sombong” Surga berkata: “Padaku orang-orang yang lemah (tertindas) dan miskin” Kemudian Allah memberi keputusan kepada keduanya: “Sesungguhnya kamu surga adalah tempat rahmat-Ku, Aku memberi rahmat dengan kamu kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Dan sesungguhnya kamu neraka adalah tempat siksaanKu, Aku menyiksa dengan kamu kepada siapa saja yang Aku kehendaki; dan bagi masing-masing kamu berdua Aku akan memenuhimya.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah ra bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti Allah tidak akan melihat orang yang menurunkan kainnya di bawah mata kaki karena sombong.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Ada tiga kelompok orang yang nanti pada hari kiamat Allah tidak akan berbicara dengan mereka, Allah tidak akan membersihkan (mengampuni dosa) mereka, dan Allah tidak akan memandang mereka, serta mereka akan disiksa dengan siksaan yang pedih, yaitu: orang tua yang berzina, raja (penguasa) yang suka bohong, dan orang miskin yang sombong.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah ra berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda, Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman: “Kemuliaan adalah pakaianKu dan kebesaran adalah selendangKu, maka barangsiapa yang menyaingi Aku dalam salah satunya maka Aku pasti akan menyiksanya.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah ra bahwasannya Nabi Muhammad saw bersabda: “Suatu ketika ada seorang laki-laki berjalan dengan memakai perhiasan dan bersisir rambutnya, ia mengherani dirinya sendiri dengan penuh kesombongan di dalam perjalanannya itu, kemudian tiba-tiba Allah menyiksanya yaitu ia selalu timbul tenggelam di permukaan bumi sampai hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Salamah bin Al Akwa ra berkata, nabi Muhammad saw bersabda: “Seseorang itu senantiasa membanggakan dan menyombongkan dirinya sehingga ia dicatat dalam golongan yang kejam lagi sombong, kemudian ia tertimpa apa yang biasa menimpa mereka.” (HR. At Turmudzi)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda: “Tidak akan masuk sorga orang yang di dalam hatinya ada sifat sombong walaupun hanya sebesar atom.” Ada seorang laki-laki berkata: “Sesungguhnya seseorang itu suka memakai pakaian yang bagus dan sandal/sepatu yang bagus pula.” Nabi Muhammad saw kembali bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia.” (HR. Muslim)

Sebagai manusia, kita sebenarnya tidak memiliki apa-apa, semua yang kita miliki di dunia ini adalah titipan dari Allah. Dan kemampuan, kepintaran, kepandaian, kecantikan dan atau ketenaran yang kita miliki. Semua itu adalah dari Allah, karunia Allah, karena itu, sangat tidak pantas kita berbangga diri, merasa diri kita memiliki kelebihan dari orang lain dan menjadikan kita ujub atau sombong.

Sadarilah dengan sangat mudah Allah SWT dapat mencabut semua karunia-Nya itu pada kita, mengambil harta kita, kepintaran kita, kecantikan dan ketenaran kita. Allah bisa saja dengan mudah mendatangkan musibah yang merenggut segala yang kita banggakan / sombongkan. Dan Allah SWT bisa dengan sangat mudahnya mengalihkan perhatian hamba-hamba-Nya dari kita, hingga menjadikan kita, yang tadinya seorang hamba yang tenar dan dikagumi banyak penggemar, kini menjadi hamba yang ditinggalkan. Dan dengan kuasa-Nya Allah bisa saja dengan mudah dalam sekejap mata, membuat orang-orang yang tadinya percaya pada kita, menjadi tidak percaya lagi.

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, karena itu, jagalah hati dan pikiran kita agar tidak pernah ada sedikitpun rasa ujub, bangga, sombong, takabbur, dengan keberhasilan kita sekarang ini, sebelum Allah menjadi murka dan mencabut semua karunia-Nya pada kita.

Sebagai hamba, seharusnya hanya sembah sujud penuh kerendahan hati yang kita persembahkan di hadapan kebesaran dan keagungan-Nya seraya bertasbih: “Maha Suci Allah pemilik Keperkasaan, Kekuasaan, Kebesaran dan Keagungan” (HR. Abu Daud dari ‘Auf bin Malik al-Asyja’i r.a)

Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: ”Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ali ’Imran [3] :26)

Bagi siapa saja yang sekarang sedang dalam kelapangan, sedang dalam kemudahan, sedang berada dalam kecukupan. Dan bagi siapa saja yang memiliki kepandaian, kepintaran, wajah yang rupawan dan atau ketenaran, ingatlah, syukurilah nikmat yang Allah SWT karuniakan kepada kita tersebut dan janganlah sampai, salah satu atau seluruh dari nikmat karunia-Nya itu, membuat kita menjadi seorang hamba yang ujub / sombong, takabbur.

Ketahuilah, bahwa kesombongan kita bisa menjadi penyebab kita mengundang murka atau azab Allah SWT datang menghampiri kita. Yang dengan semua itu, bisa saja secara perlahan menutup jalan kita, dimana tadinya Allah selalu memudahkan urusan kita dengan limpahan karunia dan pertolongan-Nya, namun karena kita ujub, sombong, maka secara perlahan, kemudahan yang Allah SWT karuniakan kepada kita, ditarik-Nya dan kelapangan kita, mulai disempitkan-Nya. Ini sebenarnya adalah teguran dari Allah SWT untuk membuat kita sadar, bahwa kita tidak terlepas dari hukum ketentuan-Nya dan agar kita segera sadar, bahwa kita harus selalu berdiri diatas landasan laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ’aliyil azhiim. (tidak ada daya kekuatan melainkan dengan bantuan dan pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia

Tuesday, April 13, 2010

sepuluh nasihat Ibnul Qayyim untuk mengapai kesabara diri

sepuluh nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk menggapai kesabaran diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat:

Pertama, hendaknya hamba menyadari betapa buruk, hina dan rendah perbuatan maksiat. Dan hendaknya dia memahami bahwa Allah mengharamkannya serta melarangnya dalam rangka menjaga hamba dari terjerumus dalam perkara-perkara yang keji dan rendah sebagaimana penjagaan seorang ayah yang sangat sayang kepada anaknya demi menjaga anaknya agar tidak terkena sesuatu yang membahayakannya.

Kedua, merasa malu kepada Allah… Karena sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari pandangan Allah yang selalu mengawasi dirinya dan menyadari betapa tinggi kedudukan Allah di matanya. Dan apabila dia menyadari bahwa perbuatannya dilihat dan didengar Allah tentu saja dia akan merasa malu apabila dia melakukan hal-hal yang dapat membuat murka Rabbnya… Rasa malu itu akan menyebabkan terbukanya mata hati yang akan membuat Anda bisa melihat seolah-olah Anda sedang berada di hadapan Allah…

Ketiga, senantiasa menjaga nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu dan mengingat-ingat perbuatan baik-Nya kepadamu.

Apabila engkau berlimpah nikmat

maka jagalah, karena maksiat

akan membuat nikmat hilang dan lenyap

Barang siapa yang tidak mau bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya maka dia akan disiksa dengan nikmat itu sendiri.

Keempat, merasa takut kepada Allah dan khawatir tertimpa hukuman-Nya

Kelima, mencintai Allah… karena seorang kekasih tentu akan menaati sosok yang dikasihinya… Sesungguhnya maksiat itu muncul diakibatkan oleh lemahnya rasa cinta.

Keenam, menjaga kemuliaan dan kesucian diri serta memelihara kehormatan dan kebaikannya… Sebab perkara-perkara inilah yang akan bisa membuat dirinya merasa mulia dan rela meninggalkan berbagai perbuatan maksiat…

Ketujuh, memiliki kekuatan ilmu tentang betapa buruknya dampak perbuatan maksiat serta jeleknya akibat yang ditimbulkannya dan juga bahaya yang timbul sesudahnya yaitu berupa muramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah gulana yang menyelimuti diri… karena dosa-dosa itu akan membuat hati menjadi mati…

Kedelapan, memupus buaian angan-angan yang tidak berguna. Dan hendaknya setiap insan menyadari bahwa dia tidak akan tinggal selamanya di alam dunia. Dan mestinya dia sadar kalau dirinya hanyalah sebagaimana tamu yang singgah di sana, dia akan segera berpindah darinya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan dosanya, karena dosa-dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama sekali tidak akan memberikan manfaat apa-apa.

Kesembilan, hendaknya menjauhi sikap berlebihan dalam hal makan, minum dan berpakaian. Karena sesungguhnya besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan dalam perkara-perkara tadi. Dan di antara sebab terbesar yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah… waktu senggang dan lapang yang dia miliki… karena jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan… sehingga apabila dia tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka tentulah dia akan disibukkan dengan hal-hal yang berbahaya baginya.

Kesepuluh, sebab terakhir adalah sebab yang merangkum sebab-sebab di atas… yaitu kekokohan pohon keimanan yang tertanam kuat di dalam hati… Maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari perbuatan maksiat itu sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali imannya kokoh maka kesabarannya pun akan kuat… dan apabila imannya melemah maka sabarnya pun melemah… Dan barang siapa yang menyangka bahwa dia akan sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan dan perbuatan maksiat tanpa dibekali keimanan yang kokoh maka sungguh dia telah keliru.

***

Diterjemahkan dari artikel berjudul ‘Asyru Nashaa’ih libnil Qayyim li Shabri ‘anil Ma’shiyah, www.ar.islamhouse.com

Wednesday, February 24, 2010

cinta yang belum terlunasi

Hakaikat Tawadhu'

Hakikat Tawadhu'

Suatu kali, Abdullah bin Mubarak bertandang ke Khurasan untuk mengunjungi seseorang yang di kenal zuhud dan wara'. Tatkala beliau masuk ke rumah orang yang dimaksud, beliau tidak digubris dan disaoa olehnya. Lalu beliau segera keluar dan meninggalkan rumah itu. Orang-orang yang berada di rumah itu lantas bertanya kepada orang yang dianggap zuhud itu, "Tahukah anda, siapa tamu Anda tadi?" Ia menjawab, "Tidak" Mereka berkata, "Dia adalah Amiirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin orang-orang mukmin dalam hal hadits)...dia...dia adalah Abdullah bin Mubarak!""
Mendengar nama itu disebut, raut mukanya jadi berubah, iapun bersegera mengejar Abdullah bin Mubarak, "Wahai Abu Abdirrahman, maafkan saya! berilah nasihat kepada saya!"
Abdullah bin Mubarak berkata, "Ya. Jika kamu keluar dari rumahmu, janganlah kamu meliaht seorang muslim kecuali kamu mengatakan, "Dia lebih baik daripada saya. Jika kamu bertemu dengan yang lebih tau, katakan, "Dia lebih dahulu masuk islam, dan lebih dulu beramal salih daripada saya, berarti dia lebih utama daripada saya." Jika kamu bertemu dengan orang yang lebih muda, maka katakanlah, "Aku lebih dahulu berbuat dosa dibandingkan dia, berarti dia lebih baik daripada saya."

Monday, February 15, 2010

Kesadaran sebuah permintaan

Salam sejahtera bagi Anda semua hari ini. ada satu hal yang kabanyakan orang, semata-mata meminta kepada sesuatu, tetapi sebenarnya permintaan itu, tak lebih adalah sebuah beban baru bagi dirinya. kenapa? secara kasatmata bisa jadi sebuah permintaan itu telah memenuhi kedahagaan bagi dirinya atas sesuatu itu, tetapi hakikat permintaan itu adalah sebuah tanggung jawab baru bagi dirinya, yaitu pertanggung jawaban atas sebuah permintaan itu. hukum yang berlaku, adanya sebuah sebab permintaan, maka kewajiban selanjutnya adalah mempertanggung jawabkan permintaan itu.
Anda seorang pelajar, meminta untuk lulus dari ujian, kewajiban Anda adalah belajar, mengerjakan soal dengan baik, mengikuti aturan dan tata tertib, mengamalkan ilmu yang di dapat dan satu kwajiban tambahan setelah lulus.
Anda meminta pekerjaan, maka kewajibannya adalah melamar kerja, disiplin kerja, bersedekah karena sudah gajian, dan seterusnya, yang ujung2nya adalah satu tambahan kewajiban lagi.
satu permintaan akan melahirkan banyak konsekuensi. maka tak ayal lagi memintalah dengan kesadaran.
lalu bgmana membangun kesadaran dalam meminta?
kalau anda berdoa, berdoalah dengan lebih spesifik, sehingga kesadaran anda akan membantu anda meeujudkan apa yang anda minta. Anda berdoa keselamatan dunia akhirat, lantas kesadaran anda akan menuntun dan menerjemahkan keselamatan dunia itu seperti apa, keselamatan akhirat seperti apa. dari situ sebuah kesadaran anda memberi anda kebijaksanaan dalam meminta. semoga bermanfaat.choe

Sunday, February 7, 2010

Kacamata Ikhlas

Dalam sebuah hikayat diceritakan seekor burung yang lumpuh dan buta. lewatlah seorang yang melakukan perjalanan dalam sebuah bisnis. Dia sesaat mengamati perilaku burung itu. dalam hati orang itu bertanya; bagaimanakah seekor burung yang dalam kondisi seperti itu, lumpuh dn buta bisa bertahan hidup?. belum selesai berfikir dan menemukan jawaban, tibalah seekor burung lain yang menghampiri burung buta tadi dengan makanan dalam paruhnya. Subhanallah, sesuatu yang luar biasa terjadi dalam hubungan kekerabatan burung-burung itu. pikir orang itu.

Apa pula yang saudara pikir saat peristiwa itu terjadi dalam prespektif kehidupan sekitar Saudara? benarkah hal itu terletak pada kekuatan ikhlas? Apa pula hakikat keikhlasan yang sesungguhnya? Andai saja orang yang melihat sekawanan burung itu adalah kita, pernahkah hal itu menjadi pelajaran hidup bagi kita?

setiap sisi itu akan memberi hikmah yang kuat kepada kita. pada tataran si burung buta, bahwa kehidupan ini tidak semata-mata pengupayaan tanpa makna. kita di hardik oleh Tuhan untuk melakukan pengembaraan emosional, bahwa hidup perlu melihat adanya pilar-pilar harmoni alam yang semua itu tidak terlepas dari kesertaan Tuhan. Melibatkan emosi kita untuk menerima takdir adalah salah satu rihlah dalam menyusun kerangka syumulitas spritual.

Pada sisi Burung yang dengan kekuatannya memberikan hidupnya dalam berbagi adalah satu sudut kehidupan yang semestinya adalah serpihan kasih sayang Tuhan, yang dengan-Nya segala sesuatu menjadi mungkin. Hal itu terwujud bila kita menanggalkan ego, melepas nafsu kesombongan, serta ketawadhu'an. dengan itu mengharap bahwa membantu orang lain adalah salah satu pintu yang akan mengantarkan dirinya dalam kosmo keseimbangan. sebuah tanggung jawab kekhalifahan yang di dasari keberpihakan kaum lemah.

Seseorang yang melihat peristiwa itu adalah manusia dengan kejernihan hatinya menjadi pembelajar, perpaduan logika matematis yang kemudian menjadi experimental spiritual. kebenaran menjadi pondasi kelapangan jiwanya untuk mengakui eksistensi kebenaran itu sendiri, memperjuangkannya dalam kehidupan yang nyata.

kesinambungan dan harmonisasi ketiganya adalah kombinasi keikhlasan dari sudut yang berbeda. ikhlas memberi, ikhlas diberi, dan ikhlas dalam mengusahakan. ikhlas memberi adalah sebuah upaya kita untuk menempuh dalam hal nilai. ikhlas diberi adalah ketawakalan kita dalam menjumpai apa yang didepan mata sebagai anugerah. ikhlas mengupayakan adalah keikhlasan berproses, membentuk, dan memperjuangkan sebuah nilai. ada kebesaran jiwa yang menaungi. ada pengharapan dan kepasrahan dalam satu waktu, ada pengupayaan dalam kebersungguhan. Ikhlas tidak semata-mata menerima apa adanya. Ikhlas adalah harmoni ketiganya dalam menapaki hidup untuk sesuatu yang berimbang. choe