Thursday, December 31, 2009

HIDUP HANYA SEKALI JADIKAN HIDUPMU MENDAPATKAN RIDHO ALLOH SWT

HIDUP HANYA SEKALI JADIKAN HIDUPMU MENDAPATKAN RIDHO ALLOH SWT


Terkadang tanpa kita sadari disaat iman kita turun dikarenakan maksiat yang kita lakukan terus-menerus maka kita menjadi lalai yang pada saatnya nanti kita akan merasakan bahwa kehidupan di dunia beserta aneka perhiasan-perhiasan dunia itu lebih abadi dibandingkan kehidupan di akhirat. Untuk kita selalu dianjurkan supaya tawashau bil haqqi dan tawashau bis shabri.
Ketika seseorang telah menganggap remeh dosa-dosa kecil, atau menolerir perkara-perkara syubhat, dengan segera ia akan merasakan akibatnya dari Allah. Dahsyat memang. Pernah ada seseorang yang melakukan perbuatan maksiat. Beberapa jam kemudian ia sudah mendapati hukuman yang berat dikarenakan perbuatannya itu.
Apabila seseorang ini mengerti tentang agamanya dengan baik, tentunya ia mengerti bahwa sebenarnya Allah sedang "cemburu" dikarenakan orang tersebut melakukan perbuatan yang Allah mengharamkan-Nya.
Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan sesunggunya seseorang mu'min itu juga cemburu. Dan kecemburuan Allah itu akan timbul bila seorang hamba melakukan apa yang diharamkan kepadanya.". (HR. Bukhori dan Muslim).
Terkadang, hukuman itu bersifat maknawi. Tidak sedikit orang yang melihat atau menonton pemandangan/gambar yang diharamkan oleh Allah, lalu Allah menghalanginya dari cahaya bahirah. Menurut Ibnu Al Qoyyim, bashirah adalah cahaya yang ditiupkan oleh Allah ke dalam hati (qolbu), oleh karena itu ia mampu memandang hakikat kebenaran seperti padangan mata.

Sunday, December 27, 2009

SEJARAH SHOLAT


SEJARAH SHOLAT

Dirikanlah sholat, sungguh ini merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman

- Qs. 4 an-nisaa :103- 104

Hai orang-orang yang beriman, Ruku dan sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu ; Berbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapatkan kemenangan - Qs. 22 al-hajj : 77

Istilah Sholat berasal dari kata kerja Shalaah (yang menyatakan suatu perbuatan) dan orang yang melakukannya disebut Mushallin, sementara pusat tempat melakukannya disebut Musholla.

Kecuali bagi orang yang mushollin (yang mengerjakan sholat)

Qs. 70 al-Maarij : 22

Jadikanlah sebagian dari maqam Ibrahim itu musholla (tempat sholat)

Qs. 2 al-Baqarah: 125

Sholat merupakan suatu perbuatan memuliakan Allah yang menjadi suatu tanda syukur kaum muslimin sebagai seorang hamba dengan gerakan dan bacaan yang telah diatur khusus oleh Nabi Muhammad Saw yang tidak boleh dirubah kecuali ada ketentuan-ketentuan yang memang memperbolehkannya[1].

Perintah sholat sendiri sudah harus diperkenalkan sejak dini kepada generasi muda Islam agar kelak dikemudian hari mereka tidak lagi merasa canggung, malu atau malah tidak bisa melakukannya.

Dari Amer bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya, berkata :

Rasulullah Saw bersabda: Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan sholat disaat mereka berumur 7 tahun dan pukullah mereka jika tidak mengerjakannya saat mereka berumur 10 tahun

- Hadis Riwayat Ahmad dan abu daud

Perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat ; dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya - Qs. 20 thaahaa: 132

Dari Hadis kita mendapati bahwa mendirikan sholat sudah ditekankan mulai umur 7 tahun dan bila sampai usia 10 tahun belum juga melaksanakannya maka kita seyogyanya mulai diberi penegasan berupa pukulan sampai mereka mau mendirikannya. ; Tentu pukulan yang dimaksud disini tidak dengan tujuan menyakiti apalagi sampai pada tingkat penganiayaan, namun sekedar memberi pengajaran dan peringatan agar mau dan tidak malas untuk sholat. Bukankah secara paradoks siksa Allah jauh lebih keras dari sekedar pukulan yang kita berikan dalam rangka menyayangi anak-anak kita dan menghindarkan mereka dari azab Allah ?

Jagalah dirimu dari hari dimana seseorang tidak dapat membela orang lain walau sedikitpun dan hari tidak diterima permintaan maaf serta tidak ada tebusan baginya dan tidaklah mereka akan ditolong

Qs. 2 al-Baqarah : 48

Namun al-Quran juga disatu sisi tidak menjelaskan secara detil sejak kapan dan bagaimana teknis pelaksanaan Sholat yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Meski demikian al-Quran secara tegas menyatakan bahwa Sholat sudah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya, seperti perintah Sholat kepada Nabi Ibrahim dan anak cucunya[2], kepada Nabi Syuaib[3], kepada Nabi Musa[4] dan kepada Nabi Isa al-Masih[5]. Pernyataan al-Quran tersebut dibenarkan oleh cerita-cerita yang ada dalam Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang mengisahkan tata cara beribadah para Nabi sebelum Muhammad yaitu ada berdiri, ruku dan sujud yang jika dirangkai maka menjadi Sholat seperti Sholatnya umat Islam.

Segeralah Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah

Perjanjian Lama Kitab Keluaran 34:8

Masuklah, marilah kita sujud menyembah,

berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita.

Perjanjian Lama Kitab Mazmur 95:6

Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah

Perjanjian Lama Kitab Yosua 5:14

Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah,

dengan mukanya di antara kedua lututnya

Perjanjian Lama Kitab I Raja-raja 18:42

Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan,

lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan TUHAN kepada mereka.

Perjanjian Lama Kitab Bilangan 20:6

Kemudian ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya

lalu ia berlutut dan berdoa - Perjanjian Baru Injil Lukas 22:41

Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa

- Perjanjian Baru Injil Markus 14:35

Dari kenyataan ini, maka jelas bagi umat Islam bahwa Sholat sudah menjadi suatu tradisi dan ajaran yang baku bagi semua Nabi dan Rasul Allah sepanjang jaman, sebagaimana firman-Nya :

Sebagai ketentuan Allah yang telah berlaku sejak dahulu, Kamu sekalipun tidak akan menemukan perubahan Bagi ketentuan ALLAH itu

- Qs. 48 al-fath: 23

Kisah perjalanan Nabi Muhammad mengarungi angkasa raya yang disebut dengan istilah Isra dan Miraj yang menceritakan awal diperintahkannya Sholat kepada Nabi Muhammad sebagaimana terdapat dalam beberapa hadis yang dianggap shahih atau valid oleh sejumlah ulama secara logika justru mengandung banyak ketidaksesuaian dengan fakta sejarah dan ayat-ayat al-Quran sendiri.

Menurut hadis, Isra dan Miraj terjadi sewaktu Khadijah, istri pertama Rasulullah wafat, dimana peristiwa ini justru menjadi salah satu hiburan bagi Nabi yang baru ditinggalkan oleh sang istri tercinta dan juga paman beliau, Abu Thalib dimana tahun ini disebut dengan tahun duka cita atau aamul ilzan[6].

Sementara sejarah juga mengatakan bahwa jauh sebelum terjadinya Isra dan Miraj, Nabi Muhammad dipercaya telah melakukan Sholat berjemaah dengan Khadijjah sebagaimana yang pernah dilihat dan ditanyakan oleh Ali bin abu Thalib yang kala itu masih remaja[7].

Logikanya perintah Sholat telah diterima oleh Nabi Muhammad bukan saat beliau Isra dan Miraj namun jauh sebelum itu, apalagi secara obyektif ayat al-Quran yang menceritakan mengenai peristiwa Miraj sama sekali tidak menyinggung tentang adanya pemberian perintah Sholat kepada Nabi.[8] ; Pada kedua surah tersebut hanya menekankan cerita perjalanan Nabi tersebut dalam rangka menunjukkan sebagian dari kebesaran Allah dialam semesta sekaligus merupakan kali kedua bagi Nabi melihat wujud asli dari malaikat Jibril setelah sebelumnya pernah beliau saksikan saat pertama mendapat wahyu di gua Hira.

Selain itu, diluar hadis Isra dan Miraj yang menggambarkan Nabi memperoleh perintah Sholat pada peristiwa tersebut, Imam Muslim dalam musnadnya ada meriwayatkan sebuah hadis lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan cerita Miraj namun disana menjelaskan bagaimana Nabi mempelajari Sholat dari malaikat Jibril.

Dari Abu Masud r.a. katanya : Rasulullah Saw bersabda : turun Jibril, lalu dia menjadi imam bagiku Dan aku sholat bersamanya, kemudian aku sholat bersamanya, lalu aku sholat bersamanya dan aku sholat bersamanya dan aku sholat bersamanya Nabi menghitung dengan lima anak jarinya - Hadis Riwayat Muslim[9]

Jika demikian adanya, bagaimana dengan kebenaran hadis yang dipercaya oleh banyak orang bahwa perintah Sholat baru diperoleh Nabi sewaktu isra dan miraj ?

Mungkin kedengarannya ekstrim, tetapi meragukan atau malah menolak keabsahan validitas hadis-hadis tersebut bukanlah perbuatan yang tercela apalagi berdosa, dalam hal ini kita tidak menolak dengan tanpa dasar yang jelas, para perawi hadis tetaplah manusia biasa seperti kita adanya, mereka juga bisa salah baik disengaja apalagi yang tanpa mereka sengaja atau sadari, adalah kewajiban kita untuk melakukan koreksi jika mendapatkan kesalahan pada riwayat hadis yang mereka lakukan tentunya dengan tetap menjaga kehormatannya dan berharap semoga Allah mengampuni kesalahannya.

Beberapa kejanggalan variasi cerita Isra dan Miraj diantaranya sebut saja kisah Nabi Muhammad dan Buraq ketika berhenti di Baitul maqdis dan melakukan sholat berjemaah didalam masjidil aqsha bersama arwah para Nabi sebelumnya, padahal sejarah mencatat bahwa masjid al-aqsha baru dibangun pada masa pemerintahan Khalifah umar bin khatab tahun 637 masehi saat penyerbuannya ke Palestina yang mana notabene saat itu Nabi Muhammad sendiri sudah cukup lama wafat, beliau wafat tahun 632 masehi.

Cerita sholatnya Nabi Muhammad dan para arwah inipun patut mengundang pertanyaan, sebab Nabi sudah melakukan sholat (menurut hadis itu malah rakaatnya berjumlah 2) sehingga pernyataan Nabi menerima perintah Sholat saat Miraj sudah bertentangan padahal kisah ini terjadi detik-detik sebelum miraj itu sendiri.

Belum lagi cerita sholatnya para arwah Nabi pun rasanya tidak bisa kita terima dengan akal yang logis, masa kehidupan mereka telah berakhir sebelum kelahiran Nabi Muhammad dan mereka sendiri sudah menunaikan kewajiban masing-masing selaku Rasul Allah kepada umatnya, perlu apa lagi mereka yang jasadnya sudah terkubur didalam tanah itu melakukan sholat ?

Setelah selesai sholat berjemaah, lalu satu persatu para arwah Nabi dan Rasul itu memberi kata sambutannya sungguh suatu hal yang terlalu mengada-ada, karena jumlah mereka ada ribuan yang berasal dari berbagai daerah dibelahan dunia ini, baik yang namanya tercantum dalam al-Quran ataupun tidak[10], berapa lama waktu yang habis diperlukan untuk mengadakan kata sambutan masing-masing para arwah ini ?

Jika dimaksudkan agar semua Nabi dan Rasul itu bertemu dan bersaksi mengenai kebenaran Muhammad, ini dibantah oleh al-Quran sendiri yang menyatakan bahwa pada masa kehidupan mereka dan pengangkatan mereka selaku Nabi dan Rasul, Allah telah mengambil perjanjian dari mereka mengenai akan datangnya seorang Rasul yang membenarkan ajaran mereka sebelumnya lalu terdapat perintah tersirat agar mereka menyampaikan kepada umatnya masing-masing :

Dan ketika Allah mengambil perjanjian terhadap para Nabi :

Jika datang kepadamu Kitab dan Hikmah, lalu datang kepada kamu seorang Rasul yang membenarkan apa-apa yang ada tentang diri kamu, hendaklah kamu imani ia secara sebenarnya. ; Dia bertanya : Sudahkah kalian menyanggupi dan menerima perjanjian-Ku tersebut ? ; Mereka menjawab : Kami menyanggupinya ! ; Dia berkata : Saksikanlah ! dan Aku bersama kamu adalah dari golongan mereka yang menyaksikan !

- Qs. 3 ali imron: 81

Puncak kemustahilan cerita dari hadis-hadis miraj adalah saat Nabi Muhammad diberitakan telah bolak balik dari Allah ke arwah Nabi Musa untuk penawaran jumlah sholat yang semula 50 kali menjadi 5 kali dalam sehari semalam, apakah sedemikian bodohnya Nabi Muhammad itu sehingga dia harus diberi saran berkali-kali oleh arwah Nabi Musa agar mau meminta keringanan kepada ALLAH sampai 9 kali pulang pergi ?

Tidakkah kekurang ajaran arwah Nabi Musa dalam cerita tersebut dengan menganggap Allah juga tidak mengerti akan kelemahan dan keterbatasan umat Nabi Muhammad sebab tanpa dipikir dulu telah memberi beban kewajiban yang pasti tidak mampu dikerjakan oleh mereka sehingga arwah Nabi Musa itu harus turut campur memberi peringatan kepada Allah dan Nabi Muhammad lebih dari sekali saja sebagai suatu indikasi israiliyat (hadis buatan orang-orang Israel atau Yahudi yang sengaja dibuat untuk tetap memuliakan Nabi Musa diatas yang lain) ?

Apakah hadis-hadis yang demikian ini masih akan diterima dan dipertahankan hanya untuk mempertahankan dalil turunnya perintah Sholat, sementara al-Quran sendiri yang nilai kebenarannya sangat pasti justru tidak berbicara apa-apa tentang hal tersebut ?

Tidak diragukan bahwa Nabi Muhammad pernah melakukan Isra dan Miraj karena hal ini ada didalam al-Quran dan bisa dianalisa secara ilmiah, tidak perlu diragukan pula bahwa Sholat merupakan salah satu kewajiban utama seorang muslim sebab inipun banyak sekali ayatnya didalam al-Quran dan hadis-hadis lain, bahkan sholat merupakan tradisi yang diwariskan oleh semua Nabi dan Rasul dalam semua jamannya. Hanya saja itu tidak berarti kaum muslimin bisa menerima semua riwayat hadis yang isinya secara jelas mempunyai pertentangan dengan al-Quran dan logika, sehingga akhirnya hanya akan menyerahkan akal pada kebodohan berpikir, padahal Allah sendiri mewajibkan manusia untuk berpikir dan berdzikir didalam membaca ayat-ayat-Nya.

[1] Misalnya jika sakit boleh sholat dengan cara duduk, berbaring hingga hanya dengan kedipan mata saja

[2] Lihat surah 21 al-anbiya ayat 73 dan surah 19 Maryam ayat 55

[3] Lihat surah 11 Huud ayat 87

[4] Lihat surah 20 Thaahaa ayat 14

[5] Lihat surah 19 Maryam ayat 31

[6] Drs. Abu Ahmadi, Mutiara isra miraj, Penerbit Bumi Aksara, hal. 27

[7] Muhammad Husain Haekal , Sejarah Hidup Muhammad, edisi besar, Penerbit Litera antarNusa, 1998, hal. 87 88

[8] Lihat surah 17 al-israa ayat 1 dan surah 53 an-najm ayat 13 s/d 18

[9] Fachruddin HS, Terjemah Hadits Shahih Muslim III, Bagian ke-26, Waktu Sembahyang Fardu dan Kiblat, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hal. 170

[10] lihat surah 40 al-mumin: 78 dan surah. 17 al-israa: 15

Tuesday, December 22, 2009

Menangislah agar selamat


"Seorang yang menangis karena takut kepada Allah tidak akan masuk neraka sekalipun air susu kembali masuk kekantong kelenjarnya (perumpamaan untuk sesuatu yang tidak mungkin terjadi, artinya dia pasti dibebaskan dari neraka)", Hadist sahih ini dari Abu hurairah diriwayatkan oleh Nasaa'i dan al-tirmidzi.

Menangis, kadang sulit dilakukan, walaupun sejak lahir manusia sudah terbiasa menangis. Sulit dilakukan saat dalam lapang dan bahagia. Ketika ada bencana, ujian, musibah, baru mata setetes demi setetes mengalirkan air mata, yang kadang entah untuk apa? dan tanpa makna.

Pernahkah kita menitikkan air mata saat terlintas siksaan Allah? azabnya yang begitu pedih, neraka yang menyala-nyala?, mungkin tidak, atau jarang sekali. Padahal "Mata yang menangis ditengah keheningan malam karena takut kepada Allah, tidak akan tersentuh api neraka", begitu sabda Rasulullah saw dalam hadist hasan riwayat Al-Tirmidzi.

Dalam Hadist mauquf (sanadnya hanya sampai kepada sahabat) Disebutkan: "Tidak ada seorang hamba mukminpun yang meneteskan air matanya karena takut kepada Allah, meskipun butiran air mata tersebut sebesar kepala lalat dan air mata itu menetes disalah satu bagian wajahnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk neraka."

"Wahai saudaraku-saudaraku sekalian, tidakkah kalian menangis karena rindu kepada Allah. Bukankah sesungguhnya orang yang menangis karena takut kepada neraka akan dilindungi Allah dari neraka tersebut? Demikian nasehat Abdul Wahid bin Zaid.

Benar, menangis bisa menyelamatkan kita dari jilatan api neraka. Didalam hadist Abdurrahman bin Samurah, Nabi saw, bersabda: "Suatu malam aku bermimpi, "kemudian Nabi menyebutkan hadist dengan redaksi yang sangat panjang. salah satu isinya adalah sabda beliau: "Aku telah melihat seorang laki-laki dari umatku dipinggir neraka jahannam, kemudian dia dihampiri oleh rasa takut (yang dia miliki) kepada Allah. Amal itu (rasa takut kepada Allah) akhirnya menyelamatkannya dia dari api neraka Jahannam. Dan Aku Melihat ada seorang lelaki dari umatku terjatuh kedalam neraka. Akan tetapi dia didatangi oleh tetesan air matanya (yang menetes) karena takut kepada Allah. Maka air mata itupun mengeluarkan dia dari api neraka."

Karenanya jangan sia-siakan airmata hanya untuk menangisi sesuatu yang tak abadi, menangislah karena takut akan siksaan dan azab Allah swt, jauhilah kemaksiatan, mohonkan ampunan kepada Allah. Tetesan air mata yang mengalir sekarang akan menjadi embun penyejuk pada hari perhitungan kelak, maka menangislah saudaraku, agar selamat..!

Bila Al Qur’an Bisa Bicara


Bila Al Qur’an Bisa Bicara

Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku. Dengan wudu’ Aku kau sentuh dalam keadaan suci. Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari. Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari. Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra. Sekarang engkau telah dewasa. Nampaknya engkau sudah tak berminat lagi padaku. Apakah Aku bacaan usang yang tinggal sejarah? Menurutmu barangkali Aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu. Atu menurutmu Aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?

Sekarang Aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyipannya. Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu. Kadang kala Aku dijadikan mas kawin agar engku dianggap bertaqwa. Atau Aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan. Kini Aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian. Diatas lemari, didalam laci, Aku engkau pendamkan.

Dulu, pagi-pagi, surah-surah yang ada pada-Ku engkau baca beberapa halaman. Sore harinya Aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau. Sekarang? Pagi-pagi sambil minum kopi, engkau baca koran pagi atau nonton berita TV. Waktu sengang? Engku sempatkan membaca buku karangan manusia. Sedangkan Aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa. Engkau campakkan, engku abaikan dan engkau lupakan.

Waktu Berangkat kerjapun engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah). Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musuik duniawi. Tidak ada kaset yang berisi ayat Allah yang terdapat pada-ku di laci mobilmu. Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio faforitmu. Aku tahu kalau itu bukan stasiun Radio yang senantiasa melantunkan Ayat-ku.

Di meja kerjamu tidak ada Aku untuk kau baca sebelum kamu mulai kerja. Di komputrmu pun kau putar musik faforitmu. jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun. E-mail temanmu yang ada ayat-ayat-Ku pun kadang kau abaikan Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu. Benar dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakan-Ku. Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV. Menonton pertandingan liga itali, musik, atau film dan sinetron laga. Didepan komputer berjam-jam engkau betah duduk. Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah.

Waktupun cepat berlalu. Aku menjadi semakin kusam dalam almari. Mengumapal debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu. Seingat-Ku hanya awal Ramadhan engkau membaca ku kembali. Itupun haya beberapa lembar dari-Ku. Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu. Engakupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membaca-Ku.

Apakah koran, TV, radio, komputer, dapat memberimu pertolongan? Bila engkau dikubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba. Engku akan diperiksa oleh para malaikat suruhan-Nya. Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada pada-Ku engkau dapat selamat melaluinya. Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu. Setiap saat berlalu. Kuranglah jatah umurmu. Dan akhirnya kubur senantiasa menunggu kedatanganmu. Engku bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu. Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.

Bila engku baca selalu dan engkau hayati.Di kuburanmu nanti. Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan. Yang akan membantu engku membela diri. Bukan koran yang engku baca yang akan membantumu dari perjalanan dialam akhirat. Tapi Akulah kitab sucimu. Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu.

Peganglah aku lagi. Bacalah kembali Aku setiap hari. Karena ayat-ayat yang ada pada-Ku adalah ayat suci. Yang berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui. Yang disampaikan oleh jibril kepada Muhammad Rosulullah.

Keluarkanlah segera Aku dari lemari atau lacimu. Jangan lupa bawa kaset yang ada ayat-Ku dalam laci mobilmu. Letakan aku selalu didepan meja kerjamu agar engkau senantiasa menginggat Tuhanmu.

Sentuhilah aku kembali Baca dan pelajari lagi Aku. Setiap datangnya pagi dan sore hari. Seperti dulu, Dulu sekali. Waktu engkau masih kecil, lugu dan polos. Di surau kecil kamugmu yang damai. Jangan Aku engkau biarkan sendiri. Dalam bisu dan sepi. Maha Benar Allah, yang Maha perkasa lagi maha bijaksana.

Tuesday, June 2, 2009

Menggugah Kesadaran Dengan Surat Al-‘Alaq



Menggugah Kesadaran Dengan Surat Al-‘Alaq
Ber-Iqra, membaca adalah perintah Allah Swt yang pertama. Sebelum perintah meyakini rukun iman dan melaksanakan rukun Islam. Karena, dengan membaca diharapkan dalam memeluk Islam dilakukan dengan penuh kesadaran. Bukan mengikuti tradisi, budaya, lingkungan sosial dan taqlid secara membabi buta kepada panutan tertentu.
Membaca dalam cakupan makna ‘iqra’’ diartikan seluas-luasnya. Baik bacaan yang bersifat tekstual (nash) maupun kontekstual. Bacaan yang tertulis (malfudz), ataupun yang tersirat (malhudz). Membaca ayat-ayat tanziliyyah (Al-Quran), ayat-ayat nafsiyyah (kejiwaan) dan ayat-ayat kauniyah (alam semesta). Karena mencakup pilihan jalan hidup (minhajul hayah), tidak sekedar sarana kehidupan (wasilatul hayah).
Bertitik tolak dari pemikiran diatas, islam bukanlah dogma yang dogmatis. Dan bukan pula berbentuk doktrinasi yang jumud, melainkan konsep yang harus dihayati dengan penuh kesadaran. Islam tidak menghendaki ummatnya menjalankan Islam secara kultural, dan taqlid membabi buta. Islam adalah agama kesadaran. “ Addinu ‘Aqlun, laa diina liman laa ‘aqla lahu”. Islam adalah agama kesadaran, tidak sempurna keislaman seseorang yang tidak dimotivasi dengan kesadaran.
Proses iqra’ itu diharapkan sampai pada sebuah kesadaran akan eksistensi pencipta (Al-Khaliq) dan eksistensi manusia dan alam semesta (Al-Makhluq). Upaya manusia dengan mengoptimalkan kecerdasan fikir dan zikir secara berkesinambungan untuk mengenal Allah begitupula mengenal dirinya dihadapan-Nya akan melahirkan sikap penyerahan diri secara total (tajarrud) kepada Allah Swt. Bahwa kehidupan ini, dalam kedudukan apapun, hanya pengabdian diri kepada-Nya. Lewat suatu pengakuan syahadat tauhid “laa ilaaha illallah” (tidak ada Tuhan yang eksis secara hakiki (wajibul wujud) kecuali Allah Swt. Dari sinilah terjadi perubahan dan penataan ulang (rekonstruksi) secara spektakuler cara pandang, orientasi dan cara bersikap seseorang. Dari proses ini pula yang terjadi pada diri manusia penunggang onta yang berdiam di gurun, berubah menjadi sosok yang memiliki kesiapan untuk menjadi pelopor dunia (ustadziyatul ‘alam).
Katakanlah : Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam (QS. Al-An’am (6) : 162).
Selanjutnya ayat 4 dan 5 menyatakan bahwa Muhammad Saw adalah manusia yang secara langsung dipilih dan dibimbing oleh Allah dengan diturunkannya wahyu kepadanya. Karena itu dua ayat terakhir dari Surat Al-Alaq mengantarkan kita untuk bersyahadat dengan Rasulullah Saw.
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya[*]. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya (QS. Al-Qiyamah (75) : 16-19).
[*] Maksudnya : Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s. kalimat demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar beliau dapat menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.
Demikianlah, makna surat pertama yang diturunkan dalam Al-Quran. Yaitu surat Al-‘Alaq : 1-5.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[baca tulis], Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-‘Alaq (96) : 1-5).