Sombong, ujub, takabbur, merasa bahwa dirinya memiliki kelebihan, keistimewaan, keunggulan dan kemuliaan dari orang lain, adalah masalah yang sangat serius. Kita harus berhati-hati dengan persoalan ini. Sebab kesombongan inilah yang menyebabkan setan terusir dari surga dan kemudian dikutuk oleh Allah selamanya. Hadirnya rasa takabbur sangat halus sekali, karena itu banyak orang merasa telah tawadhu (rendah hati) padahal tanpa disadarinya, di mata orang lain dia sedang menunjukkan sikap takabburnya.
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: ”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (Q.S. Al Baqarah [2] : 34)
Allah SWT melarang kita untuk sombong: Perhatikan firman-Nya berikut ini: ”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (Al Israa’ [17] :37)
Dan Allah SWT tidak suka pada orang-orang yang sombong,
perhatikan juga firman-Nya berikut ini: ”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman [31] :18)
Pada umumnya orang sering sombong karena kekuasaan, jabatan, kepintaran, kekayaan, ketenarannya, dll. Padahal kekuasaan, jabatan, kepintaran,kekayaan, ketenaran yang dimiliki, pada hakikatnya hanyalah ujian yang Allah SWT berikan pada kita, apakah dengan nikmat ujian-Nya itu kita bersyukur, menjadi hamba yang tawadhu (rendah hati) atau malah menjadikan kita sombong.
Tentang sikap takabbur ini Rasulullah SAW bersabda: Tidak akan masuk surga siapa yang di dalam hatinya ada kesombongan walau seberat debu. (HR Muslim). Allah benar-benar mengharamkan surga untuk dimasuki orang-orang takabbur.
Coba kita tanyakan pada diri kita, pantaskah sebenarnya orang bersikap sombong merasa dirinya memiliki kelebihan jika dibandingkan orang lain, padahal seluruh kebaikan pada dirinya semata-mata hanya berkat kemurahan Allah padanya?
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: ”maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang-orang yang bertakwa” (QS. An Najm [53] : 32)
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah mewahyukan kepada saya supaya kamu bertawadhu sehingga tidak seorang-pun menganiaya orang lain, dan tidak seorang-pun menyombongkan diri pada orang lain .(H.R.Muslim)
Yang dimaksud dengan tawadhu adalah rendah hati, dalam pengertian yang lebih dalam tawadhu adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah dicapainya.
Hanya Allah SWT al-Mutakabbir saja yang pantas untuk sombong karena ada dan tiadanya mahluk ada dalam kehendak-Nya, sedangkan keberadaan-Nya sama sekali tidak bergantung pada mahluk-mahluk-Nya. Dia lah yang Maha Terpuji baik Zat, sifat maupun perbuatan-perbuatan-Nya.
Hukuman bagi orang yang sombong, telah diuraikan dalam Al Quran, di surah Al Mu’min ayat 76, sebagai berikut: (Dikatakan kepada mereka): “Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .”
Perhatikan firman allah SWT berikut ini: “Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Qashash [28] :83)
Berikut ini beberapa Hadits Rasulullah SAW tentang larangan sombong dan atau takabur dan sombong sebagai berikut: (sebagian yang telah diuraian diawal bahasan, tidak dimasukkan dalam uraian dibawah ini)
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a, Rasulullah bersabda: Jika seorang berkata karena sombong. Celakalah manusia. Maka ia akan menjadi paling binasa(H.R.Muslim)
Rasulullah SAW bersabda: Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia. (HR Muslim).
Dari Salamah bin Al Akwa ra bahwasannya ada seorang laki-laki makan di hadapan Nabi Muhammad SAW dengan memakai tangan kirinya, beliau lantas bersabda: “Makanlah dengan memakai tangan kananmu.” Laki-laki itu menjawab: “Saya tidak bisa.” Nabi Muhammad saw bersabda lagi: “Kamu tidak bisa, itu adalah perbuatan sombong.” (HR. Muslim)
Dari Haritsah bin Wahb ra berkata: “Saya mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda, “Maukah kamu sekalian aku beritahu tentang ahli neraka? Yaitu setiap orang yang kejam, rakus, dan sombong.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Sa’id Al Khudry ra dari nabi Muhammad saw, beliau bersabda: “Surga dan neraka itu berdebat; neraka berkata: “Padaku orang-orang yang kejam dan sombong” Surga berkata: “Padaku orang-orang yang lemah (tertindas) dan miskin” Kemudian Allah memberi keputusan kepada keduanya: “Sesungguhnya kamu surga adalah tempat rahmat-Ku, Aku memberi rahmat dengan kamu kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Dan sesungguhnya kamu neraka adalah tempat siksaanKu, Aku menyiksa dengan kamu kepada siapa saja yang Aku kehendaki; dan bagi masing-masing kamu berdua Aku akan memenuhimya.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah ra bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti Allah tidak akan melihat orang yang menurunkan kainnya di bawah mata kaki karena sombong.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah ra berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Ada tiga kelompok orang yang nanti pada hari kiamat Allah tidak akan berbicara dengan mereka, Allah tidak akan membersihkan (mengampuni dosa) mereka, dan Allah tidak akan memandang mereka, serta mereka akan disiksa dengan siksaan yang pedih, yaitu: orang tua yang berzina, raja (penguasa) yang suka bohong, dan orang miskin yang sombong.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah ra berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda, Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman: “Kemuliaan adalah pakaianKu dan kebesaran adalah selendangKu, maka barangsiapa yang menyaingi Aku dalam salah satunya maka Aku pasti akan menyiksanya.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah ra bahwasannya Nabi Muhammad saw bersabda: “Suatu ketika ada seorang laki-laki berjalan dengan memakai perhiasan dan bersisir rambutnya, ia mengherani dirinya sendiri dengan penuh kesombongan di dalam perjalanannya itu, kemudian tiba-tiba Allah menyiksanya yaitu ia selalu timbul tenggelam di permukaan bumi sampai hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Salamah bin Al Akwa ra berkata, nabi Muhammad saw bersabda: “Seseorang itu senantiasa membanggakan dan menyombongkan dirinya sehingga ia dicatat dalam golongan yang kejam lagi sombong, kemudian ia tertimpa apa yang biasa menimpa mereka.” (HR. At Turmudzi)
Dari Abdullah bin Mas’ud ra dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda: “Tidak akan masuk sorga orang yang di dalam hatinya ada sifat sombong walaupun hanya sebesar atom.” Ada seorang laki-laki berkata: “Sesungguhnya seseorang itu suka memakai pakaian yang bagus dan sandal/sepatu yang bagus pula.” Nabi Muhammad saw kembali bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia.” (HR. Muslim)
Sebagai manusia, kita sebenarnya tidak memiliki apa-apa, semua yang kita miliki di dunia ini adalah titipan dari Allah. Dan kemampuan, kepintaran, kepandaian, kecantikan dan atau ketenaran yang kita miliki. Semua itu adalah dari Allah, karunia Allah, karena itu, sangat tidak pantas kita berbangga diri, merasa diri kita memiliki kelebihan dari orang lain dan menjadikan kita ujub atau sombong.
Sadarilah dengan sangat mudah Allah SWT dapat mencabut semua karunia-Nya itu pada kita, mengambil harta kita, kepintaran kita, kecantikan dan ketenaran kita. Allah bisa saja dengan mudah mendatangkan musibah yang merenggut segala yang kita banggakan / sombongkan. Dan Allah SWT bisa dengan sangat mudahnya mengalihkan perhatian hamba-hamba-Nya dari kita, hingga menjadikan kita, yang tadinya seorang hamba yang tenar dan dikagumi banyak penggemar, kini menjadi hamba yang ditinggalkan. Dan dengan kuasa-Nya Allah bisa saja dengan mudah dalam sekejap mata, membuat orang-orang yang tadinya percaya pada kita, menjadi tidak percaya lagi.
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, karena itu, jagalah hati dan pikiran kita agar tidak pernah ada sedikitpun rasa ujub, bangga, sombong, takabbur, dengan keberhasilan kita sekarang ini, sebelum Allah menjadi murka dan mencabut semua karunia-Nya pada kita.
Sebagai hamba, seharusnya hanya sembah sujud penuh kerendahan hati yang kita persembahkan di hadapan kebesaran dan keagungan-Nya seraya bertasbih: “Maha Suci Allah pemilik Keperkasaan, Kekuasaan, Kebesaran dan Keagungan” (HR. Abu Daud dari ‘Auf bin Malik al-Asyja’i r.a)
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: ”Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ali ’Imran [3] :26)
Bagi siapa saja yang sekarang sedang dalam kelapangan, sedang dalam kemudahan, sedang berada dalam kecukupan. Dan bagi siapa saja yang memiliki kepandaian, kepintaran, wajah yang rupawan dan atau ketenaran, ingatlah, syukurilah nikmat yang Allah SWT karuniakan kepada kita tersebut dan janganlah sampai, salah satu atau seluruh dari nikmat karunia-Nya itu, membuat kita menjadi seorang hamba yang ujub / sombong, takabbur.
Ketahuilah, bahwa kesombongan kita bisa menjadi penyebab kita mengundang murka atau azab Allah SWT datang menghampiri kita. Yang dengan semua itu, bisa saja secara perlahan menutup jalan kita, dimana tadinya Allah selalu memudahkan urusan kita dengan limpahan karunia dan pertolongan-Nya, namun karena kita ujub, sombong, maka secara perlahan, kemudahan yang Allah SWT karuniakan kepada kita, ditarik-Nya dan kelapangan kita, mulai disempitkan-Nya. Ini sebenarnya adalah teguran dari Allah SWT untuk membuat kita sadar, bahwa kita tidak terlepas dari hukum ketentuan-Nya dan agar kita segera sadar, bahwa kita harus selalu berdiri diatas landasan laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ’aliyil azhiim. (tidak ada daya kekuatan melainkan dengan bantuan dan pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia